JAKARTA--HIV/AIDS adalah kondisi kronis yang disebabkan oleh infeksi human immunodeficiency virus. HIV/AIDS sampai saat ini masih belum ditemukan obatnya.
Pengobatan HIV/AIDS umumnya dianjurkan dokter dengan menggunakan terapi antiretroviral (ARV). Terapi ini terdiri dari kombinasi obat antiviral untuk infeksi HIV.
Pengobatan dengan obat ARV untuk ODHA, terlepas dari seberapa lama terinfeksi atau seberapa sehat kondisinya. Obat ARV adalah jenis obat yang digunakan untuk memperlambat perkembangan virus HIV.
Jangan menyepelekan ODHA karena bila mereka rutin mengonsumsi ARV, tingkat produktivitasnya sama dengan mereka yang sehat. Seperti ODHA berinisial P saat di temui dikawasan Tebet, Jakarta Selatan.
Pria berusia 35 tahun ini bekerja di swasta yang bergerak di sektor umum mengaku sudah 6 tahun menjalani pengobatan ARV pada layanan kesehatan Puskesmas.
Tiga jenis obat ARV yang digunakan yaitu Tenovofir, Lamivudine dan Efavirenz (TLE). Meskipun wajib diminum setiap hari, konsumsi obat ARV memiliki efek samping. Biasanya, efek samping akan timbul setelah obat diminum.
“ Saya sering pusing dengan wajah agak memanas seperti orang mabuk setelah minum obeat tersebut” ujarnya, Selasa (23/3/2021).
Memasuki tahun keenam tepatnya pada Maret 2021 saat dirinya menjalani pengobatan rutin setiap bulan, Dokter mengganti obat TLE dengan Tenofovir, Lamivudine dan Dolutegravir (TLD) setelah melalui pemeriksaan kesehatan.
“Alhamdulilah nyaman untuk beraktivitas dan saya tidak merasakan pusing dan muka tidak memanas lagi sejak minum TLD pada pagi hari. Awalnya saya minum malam hari tapi agak terasa insomnia mengganggu aktivitas” katanya.
Pada masa pandemi Covid-19 pengobatan terhadap ODHA juga terdampak. Seperti pasien umumnya takut ke layanan karena beresiko tingggi terhadap penularan virus corona. Selain itu, adanya pembatasan sesuai protokol kesehatan.
ODHA berinisial P mengapresiasi para tenaga kesehatan tanpa mengenal lelah melayani masyarakat khususnya ODHA. Dengan begitu, ODHA bisa hidup dengan normal untuk beraktivitas seperti mereka yang sehat.
“ Saya apresiasi kepada dokter dan para medis yang telah menjadi garda terdepan bagi ODHA di masa pandemi Covid-19 ini mereka mempertaruhkan nyawa melayani pasien”
Sementara itu, Rika Evrinarti SKM. M.Kes Penanggung Jawab Program HIV AIDS Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timut, mengatakan pandemi Covid-19 untuk layanan ODHA tetap berlangsung meskipun harus mengikuti protokol kesehatan.
Layanan konseling dan tes HIV di Jakarta Timur ada 52 layanan. Dari jumlah itu 39 layanan konseling dan tes HIV sampai memberikan pengobatan ARV namanya adalah layanan PDP HIV ( Perawatan Dukungan dan Pengobatan ARV ) pada ODHA.
Jumlah dokter yang melayanan layanan Konseling dan Tes HIV ada 52 orang, tapi yang melayani layanan PDP HIV lebih dari 39 orang karena untuk puskesmas masing-masing 1 dokter umum. Sementara Rumah Sakit ada yang 1 dokter dan ada juga yang 2 orang dokter karena untuk RS ada juga yang dilayani oleh dokter umum dan dokter spesialis , total dokter yang melayani layanan PDP HIV ada 44 orang terdiri dari 20 dokter umum dan 24 dokter spesialis.
Terkait TLD di DKI Jakarta, Rika Evrinarti menambahkan, data terkait ODHA yang baru mendapatkan obat TLD dari bulan Juli 2020 sampai Februari 2021, untuk DKI Jakarta ada 1200 orang. Sedangkan, pasien ODHA yang baru mendapatkan TLD di Jakarta Timur sekitar 160 orang.
TLD adalah kombinasi dosis tetap untuk terapi antiretroviral (ARV) terdiri dari Tenofovir, Lamivudine dan Dolutegravir. Tablet lebih kecil, mudah dikonsumsi. Efek samping lebih ringan dan interaksi dengan obat lain lebih sedikit.
” TLD angin segar bagi ODHA karena animo mereka cukup baik akan jenis obat ARV dosis tunggal ini” imbuh Rika.
Lebih lanjut Rika Evrinarti menyatakan Alhamdulillah tahun 2021 ini tidak ada kematian pasien ODHA. Pada tahun 2020 kematian ODHA di Jakarta Timur 6 Orang atau terjadi penurunan dibanding tahun sebelumnya karena mereka sangat disiplin melakukan pengobatan dengan minum obat ARV maupun obat jenis TLD.
Perlu diketahui bahwa kematian ODHA disebabkan adanya penyakit penyerta lainya seperti TBC, dan macem - macam penyakit yang berbahaya.
Terkait respons sosial, berupa pemarginalan, deskriminasi, dan bentuk-bentuk pengucilan lainnya terhadap ODHA, Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, Dr. Indra Setiawan berharap warga Ibukota khususnya di Jakarta Timur apabila ada ODHA segera kordinasikan dengan Puskesmas karena ODHA tidak boleh dikucilkan.
“ Tolong mereka jangan dijauhi apalagi sampai dikucilkan, karena ODHA kalau kita pegang juga tidak bakalan menular, ” ujar Indra Setiawan didampingi Dr. Nurwira PLH kepala Seksi P2P/Kepala Seksi Kesmas dan Rika Evrinarti SKM. M.Kes Penanggung Jawab Program HIV AIDS di kantornya Jl.Matraman Raya no.218, Jatinegara, Jakarta Timur, Jumat (19/3/2021).(hy)