JAKARTA--Sistem Resi Gudang (SRG) kini telah menjadi solusi bagi para petani untuk pengendalian stok saat musim panen.
Kehadiran SGR
diharapkan bermanfaat untuk menstabilkan harga pasar dengan memfasilitasi cara penjualan, sehingga penjualan komoditas dapat dilaksanakan sepanjang tahun.
Dalam webinar Indef yang bertajuk Reaktualisasi Sistem Resi Gudang, Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), Indrasari Wisnu Wardhana, mengatakan salah satu persoalan SRG di tengah pandemi Covid-19 adalah suku bunga kredit yang tinggi 6 persen akan membebani para petani dalam menitipkan hasil panennya kepada pemilik SRG.
Selain itu, seringkali pada saat musim panen raya harga beras cenderung turun. Oleh karena itu, petani dapat menyimpan hasil panen di SRG sembari menunggu harga membaik.
"Dalam kondisi saat ini, suku bunga untuk produk pertanian agar bisa lebih turun lagi dari 6 persen, " ujar Indrasari, Selasa (25/5/2021).
Berdasarkan data BPS, sektor pertanian khususnya tanaman mengalami pertumbuhan signifikan selama pandemi Covid-19. Sepanjang kuartal I 2021, sub sektor tanaman pangan menyumbang 10, 32 persen atau naik dibanding periode sama tahun sebelumnya yang minus 10, 29 persen.
Sementara itu, Ekonom Senior Indef, Aviliani menyatakan, konsep SRG sebaiknya dapat juga menjamin produk yang dihasilkan dari para petani. Selama ini salah satu persoalan SRG yaitu belum adanya pembeli akhir. Hal ini yang membuat SRG masih bergantung pada pemerintah daerah yang menjadi pembeli akhir.
"Harus ada pembeli akhir dan ke depan harus diubah juga konsepnya jangan-jangan tidak ada pembeli akhir susah, " jelasnya.
Aviliani mengungkapkan mestinya pemerintah membedakan komoditas lebih rendah dibanding perdagangan. Oleh karena itu, Ia mendukung jika suku bunga kredit SRG khusus sub sektor komoditas di bawah 6 persen.
"Jadi harus dilihat tingkat kebutuhan setiap sektor, jadi bunganya di bawah 6 persen, " ucapnya. (hy)