Tomi E
Tomi E
  • Oct 19, 2021
  • 6070

Komitmen Ke-Islam-an dan Ke-indonesia-an HMI Dalam Memperteguh Kebhinekaan

Komitmen Ke-Islam-an dan Ke-indonesia-an HMI Dalam Memperteguh Kebhinekaan
Arfino Bijuangsa, Wasekjend PB HMI 2021-2023

Oleh: Arfino Bijuangsa (Wasekjend PB HMI)

Pondasi keislaman dan Kebangsaan yang dibangun secara kokoh oleh para pendiri dan tokoh intelektual HMI, membawa HMI menempuh jalur perjuangan secara tidak biasa seperti OKP Islam lainnya yang cenderung merupakan underbow dari ormas Islam Indonesia. Pluralitas mazhab dalam internal HMI merupakan pembeda yang spesial sebagai simpul pemersatu Islam (ukhuwah Islamiyah) antar kader.

Sektarianisme mazhab dan pemikiran dalam Islam merupakan fenomena sosial agama yang mampu mengubah kedamaian agama menjadi api konflik yang mematikan. Karena sekali sektarianisme agama berbaur dengan pengelompokan sosiologis masyarakat keagamaan dan sekaligus didukung kekuasaan politik, ketika itu keadaan menjadi memburuk, membuat sangat sulit mengatasinya.

Sebagai organisasi Islam yang memiliki komitmen akan keislaman dan keindonesiaan yang dapat dilihat dari historis berdirinya. HMI didirikan untuk mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat Rakyat Indonesia serta menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam. Kedua komitmen tersebut merupakan prinsip perjuangan HMI, secara fitrawi terinklusi ke dalam semangat dan komitmen kader HMI. Keduanya menjadi senyawa yang membesarkan HMI dan membuatnya semakin berkontribusi bagi perubahan peradaban bangsa.

Dari awal berdiri sampai saat ini, tujuan tersebut membentuk sekaligus meneguhkan komitmen HMI terhadap keislaman dan keindonesiaan itu sendiri. Sehingga, dalam setiap era, para kader dan alumni HMI yang menyebar di berbagai sektor kehidupan kemasyarakatan dan kebangsaan turut serta aktif membangun bangsa dan negara ini sesuai dengan peran dan kemampuan masing-masing.

Kita bisa dengan mudah menjumpai kader dan alumni HMI berperan di berbagai lapisan masyarakat, entah di pemerintahan, non-government organization (NGO), dunia usaha, akademik, dokter, dan lain sebagainya. Bila faktanya memang demikian maka sangat tepat bila salah satu jenderal besar Indonesia, Jendral Soedirman, menyatakan HMI sebagai Harapan Masyarakat Indonesia.

Secara nilai, HMI memegang teguh dengan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan. Berislam berarti memegang teguh nilai-nilai Islam dan tidak terjebak pada formalitas semata. Nilai-nilai ini tertuang dalam Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI yang menjadi pedoman kader-kader HMI dalam berjuang dan bergerak di Indonesia. Nilai-nilai tersebut menjadi pijakan dan standar kader-kader HMI dalam bergerak dan menghadirkan berbagai perubahan menuju ke arah yang lebih baik di berbagai sektor kehidupan.

Dengan nilai-nilai tersebut, kader HMI, akan selalu berusaha berjuang mewujudkan keadilan, kebaikan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. HMI dengan seluruh potensinya akan berupaya dengan sungguh-sungguh mewujudkan Indonesia yang adil dan makmur, serta diridhoi oleh Allah. Tantangan dan hambatan yang bisa saja hadir, tidak akan menjadi alasan bagi HMI untuk berhenti bergerak dan enggan melangkah. Justru semua itu menjadi pemantik dan pemicu bagi HMI untuk semakin tangguh dan kokoh dalam mewujudkan visi, misi dan tujuan organisasinya.

Dalam konteks mengukuhkan keislaman, ke depan HMI perlu melakukan dua hal yaitu memperkuat tradisi pengilmuan Islam dan melakukan proses islamisasi atas berbagai ilmu pengetahuan yang tercemari berbagai isme yang menabrak dasar dan nilai-nilai luhur keislaman. Pengukuhan keislaman tak cukup dengan klaim dan pidato, perlu dielaborasi dan diwujudkan dalam tindakan juga perilaku ril. HMI pun bukan saja menjadi narator keislaman tapi juga aplikator dan penebarnya.

Bila dulu HMI akrab disematkan sebagai “Santri Kota”, maka saat ini dan ke depan sematan semacam itu bukan sekadar sematan kosong, tapi dibuktikan dengan tradisi kajian keislaman di HMI. Mengkaji saja tidak cukup, sebab apa yang dikaji mesti diamalkan dalam kehidupan ril. Termasuk menebar nilai-nilai dan pesan moral Islam ke seluruh kehidupan publik. Betul bahwa Islam tak butuh formalistik di level negara, namun nilai-nilai dan pesan moral Islam dapat dijadikan pijakan dalam berbangsa dan bernegara.

Dalam konteks mengukuhkan keindonesiaan, HMI perlu membangun tradisi internal organisasinya dalam berbagai mata tradisi. Sekadar contoh, HMI perlu melakukan penelitian seputar berbagai permasalahan yang merundung Indonesia, lalu menemukan solusi atau jalan keluarnya. Dalam konteks ini, HMI perlu menggalang kekuatan kadernya di berbagai perguruan tinggi, menguatkan tradisi penelitian ilmiah.

Hal lain, HMI perlu melahirkan narator  keindonesiaan. Di sini HMI perlu terus mendalami Indonesia dari berbagai perspektif dan sudutnya. Sejarah perjuangan dan pendirian Indonesia mesti dikaji secara mendalam agar HMI tak kehilangan jejak sejarah bangsa hingga kelak menjadi negara besar. Pancasila yang menjadi dasar negara yang diakui bersama oleh seluruh elemen bangsa perlu ditafsirkan secara kontekstual lalu dipublikasi sehingga menjadi diskursus publik.

Berbagai ide dan narasi keindonesiaan, tentang masa depan baru dan apresiasi HMI atas kemajuan informasi berbasis digital juga perlu mendapat perhatian HMI. Dengan demikian HMI tidak ketinggalan zaman dan bahasa zamannya. Apalah lagi kalangan muda terutama mahasiswa era ini dan ke depan butuh sumber ide, teman diskusi dan lawan diskusi yang cerdas dan memiliki gagasan futuristik, serta punya irisan dengan masa depan mereka, maka HMI perlu lebih kreatif dan adaptif lagi. Bukan saja dalam aspek disiplin dan tradisi organisasi tapi juga dalam hal narasi dan kontribusinya.

HMI adalah salah satu elemen penting dalam tubuh umat Islam dan Indonesia. Pada titik inilah HMI hadir sebagai meelting pot bagi pemikiran generasi muda Islam dalam meredam konvergensi lintas mazhab dan ormas di Indonesia dan bahkan dunia. Dengan komitmen yang teguh dalam mewujudkan Islam yang damai inilah, untuk menunaikan komitmen Kebangsaan (Ukhuwah Insaniah) bagi HMI  merupakan sebuah kebutuhan dan common sense kemanusiaan universal. Maka sangat tidak rasional untuk sekedar ragu dengan komitmen Kebangsaan HMI dalam merawat, melestarikan dan memperteguh kebhinekaan.

Penulis :
Bagikan :

Berita terkait

MENU